Iklan

Pedang Taawu terangkat, Adalah Tanda Kondisi Sultra dalam tidak baik-baik saja

By Iswan
Senin, 27 Mei 2024, Mei 27, 2024 WIB Last Updated 2024-05-27T14:57:47Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini


KONAWE.NUSPOS.com- Sejarah peradaban Suku tolaki yang menempati jasirah Sultra memiliki senjata khas yang digunakan untuk mempertahankan diri serta wilayahnya.


DR Basrin Melamba S,pd, MA dalam salah satu diskusi yang diselenggarakan Lembaga KOPPUSKA yang bertema "Diskusi Budaya dan Pameran Benda Pusaka Sulawesi Tenggara 2024" bawha suku tolaki memiliki Benda pusaka seperti Parang Taawu yang digunakan sebagai senjata Perang Suku Tolaki, yang sangat disakralkan sebagai salah satu harta benda kerajaan.


Parang Taawu saat dahulu adalah senjata yang digunakan para Tamalaki dan kalangan bangsawan suku tolaki, yang akan diacungkan ketika kondisi daerah dalam keadaan terancam oleh pihak musuh dan kegiatan-kegiatan adat, terang Basrin Melamba.



Hari ini telah terjadi kemundurun dari nilai kesakralan Parang Taawu, dimana penggunaannya bukan lagi seperti yang dilakukan para pendahulu, papar Basrin Melamba.


Muktir Sirat Potiso salah satu pendiri KOPPUSKA (komunitas pemerhati pusaka bumi anoa Sulawesitenggara) juga menjelaskan Bahwa Visi Misi Lembaga Koppuska Sultra Kedepan Akan Membawa/Memperkenalkan Kebudayaan Sultra (ToLaki, Moronene, Wuna, Buton) Khususnya Benda-Benda Puska (Sajam) Di Kancah Nasional & Internasional Melalui Ajang Kebudayaan.


Kami juga berharap Pemerintah Provensi dapat memberikan dukunganya kepada segala program-program kerja baik jangka pendek dan panjang lembaga KOPPUSKA, terang Muktir.


Dalam "Diskusi Budaya dan Pameran Benda Pusaka Sulawesi Tenggara 2024" yang diselanggarakan Saptu 25 mey 2024 di restoran Pajar Kendari juga dihadiri, AKBP Faisal, S.Sos (Kasubdit Bintibsos Dit Binmas Polda Sultra), Kepala Balai Pelestarian Kebudaan XIX (19) *Drs. H. La Ode Muh. Aksa. M.Hum, Lembaga PKT Sultra, Lembaga TAWON Sultra, Lembaga Wonua Sultra, Komunitas Batu & Pusaka PKL Kota Kendari, Lembaga Budaya Dari Muna - Buton - Moronene Dan Beberapa Mahasiswa UHO.


Laporan Tamrin Toma

Komentar

Tampilkan

Terkini